Bisnisdigital.umsida.ac.id – Muhammad Saddam Navaro, mahasiswa Program Studi Bisnis Digital Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS), berhasil meraih predikat Wisudawan Berprestasi pada Wisuda Ke-46 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Saddam mendapat penghargaan ini berkat kontribusinya dalam inovasi teknologi SmartKos, platform pencarian kos yang lolos pendanaan P2MW DIKTI 2023.
Saddam mengakui bahwa motivasi utama lahir dari keyakinan bahwa SmartKos memiliki prospek besar di masa depan.

“Saya dan teman-teman ingin mengembangkan SmartKos karena kami tahu potensinya sangat besar,” ujarnya.
Bersama timnya, ia bertekad menghadirkan solusi digital untuk masalah hunian mahasiswa di seluruh Indonesia.
Baca juga: Wisudawan Berprestasi yang Lolos 3 Pendanaan Dikti
SmartKos Hadir Sebagai Solusi Cerdas untuk Pencari Hunian
SmartKos dikembangkan dengan konsep aplikasi yang terhubung langsung dengan penyedia kos.
Platform ini dirancang untuk memudahkan mahasiswa mencari kos yang dekat dengan kampus, dengan sistem filter lokasi yang lebih akurat.

“SmartKos memudahkan pencari kos dengan informasi yang lebih jelas dan terhubung langsung dengan penyedia,” jelas Saddam.
Platform ini tidak hanya menawarkan informasi kos, tetapi juga fitur pendukung lain.
SmartKos menyediakan fitur pembayaran digital sehingga penyewa tidak perlu melakukan transaksi manual.
Yang paling menarik, SmartKos menghadirkan teknologi SmartKey, sistem keamanan yang mengunci pintu secara otomatis ketika masa sewa berakhir.
“Pada hari H masa sewa habis, pintu akan terkunci otomatis. SmartKos juga memberi pengingat sebelumnya,” tambahnya.
Selain itu, SmartKos juga mengembangkan fitur kebutuhan harian seperti layanan laundry yang dapat diakses langsung oleh penyewa.
Bagi Saddam, inovasi ini lahir dari berbagai masalah nyata yang dialami mahasiswa perantau, mulai dari sulitnya mencari kos yang sesuai lokasi hingga keamanan dan pembayaran yang ribet.
Proses menuju pendanaan P2MW bukan hal mudah. Saddam menuturkan bahwa proses pengembangan ide dan platform membutuhkan perjuangan panjang.
“Proses itu tidak mudah. Kami menyiapkan semuanya dengan semangat dan kerja keras,” ungkapnya.
Mereka harus melakukan riset, membuat konsep usaha, dan menyusun proposal hingga prototype aplikasi.
Tantangan terbesar muncul saat membangun sistem aplikasi SmartKos.
Tim harus memastikan aplikasi dapat terhubung dengan teknologi SmartKey secara langsung.
“Tantangan terbesar adalah membuat sistem aplikasi yang bisa terkoneksi dengan kos menggunakan SmartKey,” jelasnya.
Lihat juga: Inovasi SmartKos Antarkan Dika Menjadi Wisudawan Berprestasi Umsida 46
Belajar Coding, Riset, dan Kolaborasi hingga Menjadi Pengalaman Berharga
Saddam mengungkapkan bahwa SmartKos tidak lahir dari tim yang sudah ahli teknologi.
Justru sebaliknya, ia dan teman-temannya belajar coding dari nol demi mewujudkan platform ini.
“Kami tidak ada yang bisa coding. Jadi kami belajar sambil membuat aplikasi,” katanya.
Proses itu membuat mereka memahami bahwa membangun platform membutuhkan waktu panjang, trial and error, dan pembaruan berkelanjutan.
Selain aspek teknis, mereka juga belajar berkomunikasi dengan pemilik kos untuk membangun kolaborasi.
Saddam menegaskan bahwa pelajaran paling berharga adalah keberanian mengeksekusi ide.
“Pelajaran yang kami dapatkan adalah bagaimana membuat konsep usaha yang punya nilai pembeda,” ujarnya.
Menutup ceritanya, Saddam memberikan pesan untuk mahasiswa lain yang ingin memulai dunia wirausaha kampus.
“Gapai mimpimu. Tuangkan setiap ide dan kreativitasmu. Jangan takut gagal,” pesannya.
Ia percaya bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah










