Dark Side E-Commerce: Diskon, Impulsif, dan Perang Harga

Bisnisdigital.umsida.ac.id – E-commerce telah merevolusi cara kita berbelanja. Dengan hanya beberapa klik, produk yang diinginkan bisa langsung tiba di depan pintu.

Layanan pengiriman yang cepat, kemudahan pembayaran, dan ragam pilihan produk membuat pengalaman berbelanja online semakin menyenangkan.

Namun, dibalik kenyamanan tersebut, ada sisi gelap yang tak bisa diabaikan.

Dalam dunia e-commerce yang semakin kompetitif, konsumen seringkali terjebak dalam perang harga dan diskon yang berlebihan, sementara bisnis kecil terancam hancur karena ketidakmampuan bersaing.

Belum lagi, konsumsi impulsif yang dipicu oleh penawaran menarik dapat merugikan keuangan pribadi.

Baca juga: Fenomena FOMO: Takut Ketinggalan Tren Memicu Mahasiswa Berbelanja Impulsif

Diskon Berlebihan dan Dampaknya pada Bisnis Kecil

Diskon adalah daya tarik utama yang memikat konsumen di platform e-commerce. Tawaran diskon besar-besaran sering kali menjadi magnet yang tak bisa ditolak.

Sumber: Pexels

E-commerce besar memanfaatkan diskon untuk menarik pelanggan dan menciptakan ketergantungan.

Tetapi, dibalik diskon yang menggiurkan, bisnis kecil sering kali terpojokkan.

Mereka tidak mampu memberikan harga serendah itu, apalagi dengan keuntungan yang terus menipis.

Dalam skala yang lebih besar, e-commerce besar bisa menjual produk dengan harga jauh di bawah biaya produksi karena mereka memiliki sumber daya dan jaringan distribusi yang lebih luas.

Akibatnya, banyak bisnis kecil dan toko lokal yang berusaha bersaing dengan harga murah terpaksa gulung tikar.

Mereka tidak dapat bertahan dengan margin keuntungan yang sempit dan kekurangan dalam hal pemasaran.

Pada akhirnya, pasar akan dikuasai oleh raksasa e-commerce, sementara keberadaan toko lokal yang lebih personal dan berbasis komunitas semakin terpinggirkan.

Lihat juga: Budaya Cashless: Antara Kemudahan dan Risiko Keamanan Digital

Konsumsi Impulsif yang Menjerat Pengguna

Tidak bisa dipungkiri, salah satu daya tarik terbesar dari belanja online adalah kemudahan dan kecepatan.

Banyak platform e-commerce yang terus mengirimkan notifikasi tentang diskon besar-besaran atau penawaran terbatas, yang menggoda konsumen untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Ketika seseorang terjebak dalam perang harga dan diskon, keputusan membeli seringkali bersifat impulsif dan bukan karena kebutuhan yang sesungguhnya.

Hal ini bisa merugikan keuangan pribadi, terutama bagi konsumen yang sudah terjerat dalam pola konsumsi impulsif.

Dengan harga yang sangat terjangkau, banyak orang merasa “mungkin saya butuh ini” atau “ini kesempatan langka,” padahal barang yang dibeli hanya memenuhi keinginan sesaat.

Dampaknya, banyak konsumen yang akhirnya menumpuk barang-barang yang tidak terpakai, hanya karena tergoda oleh tawaran-tawaran yang menggiurkan.

Kebiasaan ini juga membawa dampak jangka panjang, di mana konsumen menjadi lebih konsumtif dan kurang bijaksana dalam mengelola pengeluaran mereka.

Diskon yang diberikan e-commerce sering kali hanya memberikan ilusi keuntungan, padahal jika dihitung, pengeluaran mereka justru lebih besar karena kebiasaan belanja impulsif yang terus berlangsung.

Perang Harga yang Tak Berujung: Kerugian Bagi Semua Pihak

Perang harga antar platform e-commerce besar memang menguntungkan konsumen dalam jangka pendek.

Mereka dapat membeli barang dengan harga yang lebih murah dan memilih dari berbagai penjual.

Namun, dalam jangka panjang, perang harga ini memiliki dampak yang lebih merugikan.

Platform besar dapat menurunkan harga dengan cara mengurangi biaya produksi atau mengorbankan margin keuntungan, namun hal ini tidak selalu berkelanjutan.

Untuk mempertahankan harga yang rendah, mereka sering kali mengurangi kualitas produk atau memotong anggaran untuk layanan pelanggan.

Bagi penjual kecil, perang harga ini hampir tidak mungkin dimenangkan.

Mereka tidak dapat bersaing dengan harga yang terlalu murah dan tidak memiliki banyak sumber daya untuk menurunkan harga.

Akibatnya, banyak dari mereka yang harus keluar dari pasar atau malah terpaksa menurunkan kualitas produk untuk tetap bisa bersaing.

Ini bukan hanya merugikan bisnis kecil, tetapi juga merusak kualitas barang yang tersedia di pasar.

Selain itu, perang harga yang tak berujung ini juga menciptakan ketidakstabilan dalam pasar.

Ketika harga barang turun secara drastis, perusahaan besar akan lebih fokus pada volume penjualan, sementara kualitas produk semakin terabaikan.

Konsumen yang awalnya mendapat harga murah bisa saja kecewa dengan kualitas barang yang tidak sesuai harapan, dan itu berpotensi merusak citra bisnis e-commerce dalam jangka panjang.

Harus Ada Keseimbangan dalam Dunia E-Commerce

E-commerce memang telah mengubah cara kita berbelanja, tetapi dampak negatifnya tidak bisa dianggap remeh.

Diskon besar-besaran, perang harga, dan konsumsi impulsif bisa menghancurkan bisnis kecil dan menjerat konsumen dalam pola belanja yang tidak sehat.

Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk lebih bijak dalam berbelanja, dan bagi perusahaan e-commerce untuk mengedepankan kualitas dan keseimbangan harga agar bisnis kecil tetap bisa berkembang.

Dengan pendekatan yang lebih sehat dan berkelanjutan, dunia e-commerce dapat terus berkembang tanpa merugikan pihak manapun.

Penulis: Indah Nurul Ainiyah