Bisnis.umsida.ac.id – Di era digital saat ini, media sosial menjadi salah satu alat paling efektif untuk mengembangkan bisnis, termasuk bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Dosen Program Studi Bisnis Digital Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Alshaf Pebrianggara SE MM, mendapat kesempatan untuk menjadi narasumber dalam sesi guest lecture bertema “Social Media Marketing in MSMEs” di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) pada Rabu (8/10/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Academic Global Outing International, yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan akademisi untuk memahami bagaimana pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana utama pemasaran digital.
Baca juga: Relawan Pajak Umsida Catat Prestasi di Jawa Timur II
Memahami Potensi Media Sosial untuk UMKM
Alshaf membuka sesi dengan menekankan betapa besar potensi digital di Indonesia.
Dengan 191 juta pengguna internet aktif dan lebih dari 160 juta pengguna media sosial, Alshaf menegaskan bahwa ini merupakan peluang besar bagi UMKM untuk memperluas pasar tanpa perlu memiliki toko fisik.
Rata-rata, orang Indonesia menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial, menjadikannya platform yang sangat efektif untuk menjangkau pelanggan.
Menurut Alshaf, media sosial bukan hanya sekadar alat untuk promosi, tetapi juga menjadi mesin penggerak ekonomi digital.
UMKM yang aktif di media sosial dapat mengalami peningkatan omzet hingga 40 persen dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan promosi konvensional.
Oleh karena itu, penting bagi pelaku UMKM untuk memahami karakteristik masing-masing platform media sosial dan menyesuaikan strategi konten mereka.
Instagram, Facebook, TikTok, dan WhatsApp Business adalah empat platform utama yang paling efektif, dan setiap platform memiliki kekuatan serta pendekatan yang berbeda.
Instagram lebih cocok untuk produk visual seperti fashion dan kuliner, Facebook efektif dalam membangun komunitas pelanggan, TikTok menjadi ruang kreatif untuk menarik perhatian generasi muda, sementara WhatsApp Business memfasilitasi komunikasi langsung dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Lihat juga: Government Shutdown dan Bayangannya bagi Ekosistem Bisnis Digital
Strategi dan Tools Praktis untuk UMKM
Alshaf juga memberikan wawasan mengenai berbagai strategi yang dapat diterapkan oleh pelaku UMKM untuk meningkatkan interaksi dengan audiens mereka.
Salah satu kunci utama adalah menciptakan konten yang relevan dan membangun hubungan emosional dengan pelanggan, bukan hanya sekadar menjual produk.
Selain itu, penting juga untuk memahami algoritma media sosial dan mengetahui waktu unggahan yang tepat.
Di samping itu, Alshaf memperkenalkan sejumlah tools digital yang dapat membantu UMKM dalam mengelola kampanye pemasaran mereka.
Tools seperti Canva Pro untuk desain visual, Later atau Hootsuite untuk penjadwalan unggahan, dan Google Analytics untuk mengukur hasil kampanye, memungkinkan pelaku UMKM untuk lebih mudah dan efisien dalam menjalankan strategi pemasaran digital mereka.
Dengan modal yang terbatas, seperti Rp500 ribu per bulan, pelaku UMKM dapat beriklan secara efektif di media sosial.
Bahkan tanpa beriklan, konten berkualitas tinggi dapat menjangkau ribuan pengguna secara organik.
Alshaf juga membagikan beberapa kisah sukses UMKM Indonesia yang berhasil memanfaatkan media sosial.
Contohnya, Warung Bu Kris yang viral di TikTok, Batik Cinta Nusantara yang meningkatkan pendapatan hingga 300% melalui Instagram Shopping, dan Kedai Kopi Pak Budi yang membangun komunitas loyal di Facebook Groups.
“Kesuksesan di media sosial bukan tentang banyaknya followers, tapi tentang seberapa kuat komunitas yang kita bangun. Konsistensi dan kedekatan dengan pelanggan jauh lebih berharga daripada angka,” tambahnya.
Etika dan Nilai Islam dalam Pemasaran Digital
Di akhir sesi, Alshaf menekankan bahwa teknologi harus diimbangi dengan nilai-nilai etika dan Islam.
Pelaku UMKM tidak boleh terjebak hanya pada tren, tetapi harus menjunjung kejujuran, amanah, dan tanggung jawab dalam setiap kegiatan digital mereka.
Ia menyatakan bahwa teknologi hanyalah alat, dan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, amanah, dan keadilan harus tetap menjadi dasar dalam menjalankan bisnis.
Alshaf juga mengingatkan pentingnya peran generasi muda dalam memperkuat ekonomi digital Indonesia.
“Mahasiswa adalah agen perubahan yang dapat membawa semangat digital entrepreneurship ke arah yang lebih beretika dan berdampak sosial. Mulailah dari langkah kecil, tetapi konsisten dan bernilai,” tuturnya.
Kegiatan guest lecture ini disambut antusias oleh mahasiswa USIM yang tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang praktik pemasaran digital di Indonesia.
Pertukaran ide antara Umsida dan USIM ini membuka ruang untuk kolaborasi akademik yang lebih lanjut, yang akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam menghadapi tantangan digitalisasi global.
Dengan kegiatan ini, FBHIS Umsida terus berkomitmen untuk mencetak generasi digital yang berdaya saing global, berpikir inovatif, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam setiap karya dan kontribusinya.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah