Bisnisdigital.umsida.ac.id – Di tengah meningkatnya kesadaran finansial di kalangan generasi muda dan dewasa, pertanyaan klasik terus mengemuka lebih baik investasi emas atau saham.
Keduanya memiliki karakteristik unik dan risiko yang berbeda. Bagi banyak orang, keputusan ini bukan sekadar soal keuntungan, tetapi juga tentang kenyamanan, pengetahuan, dan tujuan jangka panjang.
Seiring berkembangnya teknologi keuangan dan akses yang semakin mudah terhadap pasar modal maupun perdagangan emas digital, perdebatan ini pun kian relevan.
Untuk memahami lebih dalam dua instrumen investasi populer ini-emas dan saham-melalui perspektif risiko, keuntungan, dan profil investor.
Emas: Investasi Aman di Tengah Ketidakpastian
Sejak zaman dahulu, emas dikenal sebagai aset lindung nilai (hedging) yang andal. Ketika krisis melanda, banyak investor beralih ke emas karena dinilai lebih stabil.

Nilai emas cenderung naik saat inflasi tinggi, nilai tukar melemah, atau saat gejolak geopolitik terjadi.
Dari sisi psikologis, emas juga memberikan rasa aman. Tak heran jika banyak orang tua di Indonesia lebih memilih menabung emas ketimbang deposito atau reksa dana.
Bahkan saat ini, berbagai aplikasi seperti Pegadaian Digital, Tokopedia Emas, atau Pluang memudahkan siapa pun membeli emas mulai dari nominal kecil.
Namun, emas juga memiliki kekurangan. Kenaikannya cenderung lambat dalam jangka pendek.
Investor yang mengharapkan imbal hasil cepat atau dividen tentu tidak akan mendapatkannya dari emas.
Selain itu, biaya penyimpanan emas fisik, risiko kehilangan, serta selisih harga beli-jual (spread) bisa menggerus keuntungan.
Investasi emas cocok bagi investor konservatif yang lebih mementingkan kestabilan nilai daripada potensi keuntungan tinggi.
Jika tujuan keuangan Anda adalah menjaga daya beli dalam jangka panjang atau persiapan dana darurat, emas bisa menjadi pilihan yang bijak.
Baca juga: Strategi Pemasaran Digital: Peran Celebrity Endorsement dan E-WOM dalam Keputusan Pembelian Konsumen
Saham: Jalan Berisiko Menuju Keuntungan Lebih Besar
Berbeda dengan emas, saham menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Investasi di pasar modal berarti Anda memiliki sebagian kepemilikan perusahaan yang tercatat di bursa. Jika perusahaan untung dan berkembang, nilai saham Anda bisa meningkat berkali-kali lipat.
Selain potensi capital gain, beberapa saham juga membagikan dividen rutin yang bisa menjadi passive income.
Platform seperti Ajaib, Bibit, atau Stockbit telah membuat investasi saham lebih inklusif dan edukatif, bahkan bagi pemula sekalipun.
Namun, tak bisa dimungkiri bahwa saham memiliki fluktuasi tinggi. Pergerakan harga saham bisa berubah dalam hitungan menit tergantung sentimen pasar, kondisi ekonomi global, hingga pernyataan publik dari pejabat negara. Risiko kerugian juga nyata, terutama jika investor tidak melakukan riset atau terbawa emosi saat pasar jatuh.
Saham ideal untuk investor dengan profil risiko moderat hingga agresif. Jika Anda memiliki tujuan jangka panjang seperti dana pensiun, membeli rumah, atau pendidikan anak, saham bisa memberikan hasil yang optimal-asal disertai manajemen risiko yang baik dan diversifikasi portofolio.
Lihat juga: Seberapa Efektif Konten Marketing Tiktok Mempengaruhi Pembelian Impulsif?
Menemukan Keseimbangan: Tidak Harus Memilih Salah Satu
Dilema antara emas dan saham sering kali muncul karena pemahaman yang belum menyeluruh. Faktanya, Anda tidak perlu memilih salah satu.
Banyak investor sukses justru mengombinasikan keduanya dalam portofolio mereka sebagai strategi diversifikasi.
Misalnya, alokasikan 30% dana investasi Anda di emas sebagai pelindung nilai, sementara sisanya di saham untuk mengejar pertumbuhan.
Ketika pasar saham sedang turun, nilai emas cenderung stabil atau naik, sehingga portofolio Anda tetap seimbang.
Pendekatan ini tidak hanya mengurangi risiko, tapi juga memberikan fleksibilitas dalam merespons kondisi ekonomi yang dinamis.
Kuncinya adalah memahami tujuan keuangan pribadi, jangka waktu investasi, dan toleransi risiko Anda.
Bagi investor muda, memulai dari saham dengan modal kecil sambil menyisihkan sebagian ke emas bisa menjadi langkah awal yang bijak.
Sementara bagi yang mendekati masa pensiun, memperbesar porsi emas bisa membantu menjaga kestabilan portofolio.
Penulis : Ahmad Ananta Raja Aditiya